Kumcelu, Cerita lucu Gus Dur ini terjadi saat Gus Dur sedang melakukan jumpa pers di Amerika. Biasa, Gus Dur selalu suka jalan ke luar negeri saat menjabat. Acara pun dipadati banyak wartawan bule, kira-kira sampai ratusan jumlahnya. Banyaknya wartawan yang datang karena mereka mendengar desas-desus kalau Gus Dur itu hebat dan juga "aneh", sehingga wartawan bule pun penasaran.
Acara pun berlangsung sangat ramai dan riuh. Kini tiba lah saatnya sesi tanya jawab dan Gus Dur sudah menyiapkan siasat untuk menghadapi pertanyaan wartawan yang sangat pedas-pedas. Tiba-tiba Gus Dur langsung melemparkan sebuah pertanyaan ke para wartawan bule.
"Wahai para rekan media semuanya, Apakah kalian sudah mengerti dengan apa yang saya sampaikan tadi?"
"Sudah, Tuan Prisiden", jawab para wartawan secara serempak.
"Kalau memang begitu, tidak ada gunanya kalian bertanya lagi," balasnya dengan singkat dan langsung berjalan dituntun dua ajudannya meninggalkan para wartawan yang masih pada bengong dan melongok.
Esok harinya, para wartawan kembali menghadiri acara sang presiden. Gus Dur tetap setia mengulangi pertanyaan yang sama seperti kemarin.
"Apakah kalian sudah mengerti dengan apa yang saya sampaikan tadi?" tanya Gus Dur.
"Tidak....," jawab wartawan dengan serempak.
"Kalau tidak ngerti, bagaimana kalian bisa bertanya sesuatu hal yang nyambung dengan isi pidato saya!" balas Gus Dur. Wartawan kembali diam dan bengong. Gus Dur dengan santainya langsung jalan dan pergi bersama kedua ajudannya.
Hari berikutnya para wartawan kembali datang menghadiri acra Gus Dur.
"Apakah kalian sudah mengerti dengan apa yang saya sampaikan tadi?" Gus Dur kembali menanyakan yang sama. Kali ini wartawan sudah tidak mau kalah dan mereka atur strategi.
"Sudah....," jawab sehabagian wartawan.
"Tidak...," jawab wartawan yang lain. Mereka sengaja menjawab berbeda-beda.
Gus Dur tidak pernah kehilangan akal. Dengan santainya Gus Dur menjawab dengan nada enteng.
"BAGUS," jawab Gus Dur "Kalau begitu, yang sudah mengerti tolong menceritakan kepada yang belum mengerti."
Gus Dur langsung pergi. Semua Wartawan di dalam ruangan melongok, bengong dan garuk-garuk kepala.
Cerita Lucu Gus Gur bersama Presiden Amerika dan Perancis
Kali ini bercerita tentang presiden dari negara lain. Karena sudah sangat bosan keliling dunia, Gus Dur pun mencoba cari suasana baru di pesawat RI-1. Kali ini Gus Dur mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama untuk keliling dunia. Boleh dong ya, masa USA dan Perancis saja yang punya pesawat kepresidenan.
Nah, seperti biasa presiden pasti selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan di negaranya. Datang lah Clinton, presidennya Amerika, dia mengeluarkan tangannya, lalu setelah beberapa saat kemudian. Clinton berkata
"Wah kita sedang berada di atas New York!"
Gus Dur, Presiden Indonesia, "Lho, kok bisa tau sih?" tanya Gus Dur.
"Itu, patung Liberty kepegang!" jawab Clinton dengan bangganya.
Presiden Perancis pun tidak mau kalah, Jacques Chirac ikut menjulurkan tangannya keluar.
"Tau nggak? Kita sedang berada di atas kota Paris!" katanya dengan sombong.
Gus Dur ,Presiden Indonesia "Wah... kok bisa tau juga?"
"Itu... menara Eiffel kepegang!" sahut presiden Perancis tersebut.
Karena sudah disombongin sama Clinton dan Chirac. Kini giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya ke luar pesawat.
"Wah..., kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!" teriak Gus Dur.
"Lho, lho, lho kok bisa tau sih Gus?" tanya Clinton dan Chirac. Mereka heran karena Gus Dur itu kan tidak bisa ngelihat.
"Ini..., jam tangan saya ilang," jawab Gus Dur santai.
Cerita Lucu Gus Dur tentang Masa Orde Baru
Gus Dur seperti biasanya tidak pernah kehabisan cerita, terutama yang berbau sindiran politik. Menurut Gus Dur ada cerita menarik pada masa Pemerintah Orde Baru.
Pada suatu saat, Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pergi adalah persiden maka otomatis sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya "peminta pertunjuk" yang paling rajin yaitu Menteri Penerangan Harmoko.
Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah. Yaitu simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah mulai muncul sebuah masalah bagi Harmoko.
Beberapa kali batu yang Harmoko lemparkan selau berbalik menghantam jidatnya. "Wah kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dus menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar karena ketakutan. Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparkannya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk".
Setelah ketemu, dia dengan lega tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden. Namun, sebelum sampai di hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai manusia, sesama setan jangan saling lempar ya."
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus